Suatu malam, di malam yang mendebarkan, alasannya adalah menanti kehadiran seseorang. Yang akan kubacakan sebuah puisi untuknya, entah dia akan datang atau pun tidak. Ku ingin sampaikan untaian puisi ini melalui bunyi-bunyi yang mengudara, disampaikan oleh angin yang berhembus di masa malam di tengah taman dengan situasi nan syahdu. Aku membacakan sebuah puisi, yang sengaja kutujukan untuknya, tanpa orang lain perlu tahu, cukup kau yang memahami dan memahami apa yang kusampaikan malam itu. Malam puisi yakni ihwal ihwal mengekspresikan rasa dalam hati, Terpendam tapi tersebarkan, Tertutup tapi terbuka, Rahasia tetapi diungkap, Kalimat-kalimat lugas namun sarat makna dan interpretasi. Malam itu, kubacakan sebuah puisi, Di Mata Jendela, karya Daeng Pabhicara Katamu rindu itu yang dibuat dari hujan dan kesunyian Jarak mematangkannya Segera sebelum sembab datang di mata Maka terkutuklah abad lalu Bila hujan yang ia tumpangi akan menyisakan liur luka di linglung ingatan kita Aku suka meminjam mata jendela Membayangkan kamu sebagai hujan Ingatanku menggigil setelahnya Sesungguhnya akulah rindu yang selalu hujan di hatimu Dan puisi ini tersampaikan kepadamu. Sumber https://siti-wulandari.blogspot.com