Percayakah
Anda bahwa jomblo (mau jomblowan atau jomblowati, sama aja) memiliki peranan
penting dalam stabilitas harga property dan mengurangi angka kemiskinan di Indonesia. Memang kedengarannya lucu
dan sedikit konyol, tapi ini sungguhan lho.
Saya
nggak lagi membully para jomblo, apalagi merendahkan, melainkan akan mengangkat
derajad para jomblo. Sebelumnya saya telah memposting tentang Tips
Jomblo Menghadapi Penolakan Cewek, kini ada juga kaitannya dengan para
jomblo.
Daftar Isi:
Jomblo Meningkat Harga Property
Stabil
Jika
seandainya jomblo makin berkurang, terus angka pernikahan tinggi, maka
permintaan akan rumah ikut tinggi sehingga harga property jadi melambung.
Pernyataan
tentang jomblo ini memang konyol, namun beberapa riset The Science of Property
Price, menguak fakta mencengangkan:
“Populasi
jomblo meningkat>>>angka pernikahan sedikit menurun>>>permintaan
rumah baru ikut menurun>>>harga rumah menjadi lebih stabil. Pernyataan
ini terdengar konyol, namun memaang benar adanya.”
Disinilah
peranan penting para jomblo dalam menahan laju peningkatan harga property. Bayangkan
jika hal ini terjadi diseluruh wilayah di Indonesia, maka kemungkinan besar
harga property (Tanah dan Bangunan) semakin stabil dan makin banyak pasangan
lama menikah yang mampu membeli rumah.
Ditambah
lagi program sejuta rumah dari Pemerintah, yang ada Pondok Indah Mertua dan
Griya Kontrakan makin sepi peminat.
Jomblo Meningkat Angka Kemiskinan Menurun
Saat ini angka kemiskinan di Indonesia meningkat, masih ada jutaan orang yang tergolong miskin. Belum lagi ada keluarga baru menikah tinggi setiap tahunnya, sehingga populasi dan angka pertumbuhan penduduk ikut naik.
Akibat populasi makin tinggi, laju pertumbuhan lapangan pekerjaan tak sebanding, sehingga tingkat pengangguran tinggi, maka angka kemiskinan juga makin tinggi.
Disinilah peran Jomblo bekerja. Jika Jomblo meningkat>>>Pertumbuhan penduduk stabil>>>Taraf Pendidikan tinggi>>>Lapangan kerja tetap tersedia>>>Angka Kemiskinan menjadi menurun.
Kenapa menurun? Karena pengangguran berkurang dan lapangan pekerjaan tetap tersedia dan mencukupi.
Perbandingan Antara Angka Pernikahan
dan Pembangunan Rumah
Bermula
dari data yang kelam berikut ini: saat ini masih terdapat 25 juta keluarga di Indonesia
yang belum memiliki tempat tinggal sendiri.
Dapat
pula kita simpulkan bahwa masih ada jutaan pasang keluarga yang nebeng di
Pondok Indah Mertua, atau mungkin juga masih tinggal di Griya Sewaan Abadi.
Dari
pernyataan diatas kemudian muncul pertanyaan, Kenapa masih ada jutaan keluarga
tidak sanggup beli rumah? Secara sederhana, dapat kita tarik benang merah:
Melambungnya harga rumah. Bahkan untuk ukuran rumah yang sangat kecil sekalipun
harganya selangit.
Yang
menyebabkan harga rumah makin mahal adalah tingginya permintaan. Makin banyak
yang kawin maka permintaan rumah ikut naik.
Berdasarkan
data yang berhasil dihimpun: setiap tahun ada sekitar 800 ribu pasangan menikah
alias keluarga baru. Pastinya setelah kawin mereka ingin punya rumah sendiri. Katanya
sih ingin mandiri, karena malu nebeng ama mertua/ortu.
Sementara,
pembangunan rumah rumah baru tidak sebanding, yaitu hanya sekitar 100 ribu unit
setahun.
Angka
ini tentu tidak sebanding, dengan gap yang tinggi (sekitar 700 ribu) maka harga
rumah menjadi tinggi. Kemudian disini berlaku hukum yang paling dasar dalam
ekonomi (marketing). Saat permintaan (demand) tinggi atau diatas angka (penawaran)
suply maka harga sudah pasti ikut melompat.
Secara
sederhana dapat kita tarik benang merah: Setiap tahun ada sekitar 800 ribu pasangan
baru>>>mereka membuat permintaan rumah ikut
meningkat>>>pembangunan rumah sedikit>>>harga property makin
selangit.
Kesimpulan
Semakin
tinggi populasi “Jomblo” maka laju angka pernikahan akan ikut stabil, sehingga harga
property akan jauh lebih stabil.
Jadi
bersyukurlah Anda yang saat ini sedang Jomblo, karena Anda memiliki peranan
penting menahan laju peningkatan harga rumah, serta membantu pemerintah dalam
mengurangi angka kemiskinan.
Sumber er.com