Penulis: Siti Wulandari Mahasiswa FISIP-Hubungan Internasional Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Australia ialah benua yang berada di kawasan Asia Pasifik. Kawasan ini memiliki nilai strategis dalam konteks hubungan internasional. Di mana tempat ini ialah jalur jual beli internasional, perairan Samudera Pasifik juga seringkali dipakai sebagai daerah latihan militer, baik oleh militer Australia, maupun oleh militer Amerika Serikat. [1] Dengan demikian posisi Australia yang berada di daerah Asia Pasifik mempunyai arti penting dalam bidang ekonomi, militer dan politik. Perlu diingat pula bahwa letak Australia ini relatif erat dan berhadapan dengan Benua Asia. [2] Sehingga, daerah Australia ini menjadi perhatian dan target kerjasama bagi Amerika Serikat. Sejatinya Amerika Serikat sudah menaruh perhatian dan pengaruhnya di kawasan Asia Pasifik semenjak paska Perang Dunia II, terbukti dengan kerjasama ekonomi maupun koordinasi pertahanan yang diwujudkan dalam koordinasi pakta perthanan ANZUS dengan Australia dan New Zealand. Namun, konsentrasi perhatiannya bergeser ke kawasan Timur Tengah karena kepentingan sumber energi (minyak) di tempat tersebut sebagai bahan baku untuk mengerjakan roda perindustrian Amerika Serikat. Namun, saat China dan India mulai muncul selaku new emerging powers dan great economic powers di tatanan dunia global kebanyakan dan di tempat Asia pada terutama, Amerika Serikat kembali mengalihkan fokus perhatiannya pada tempat Asia Pasifik. Amerika Serikat berusaha menanamkan kembali pengaruhnya secara lebih kuat baik secara ekonomi maupun militer di kawasan tersebut. Amerika Serikat sangat memperhitungkan kehadiran China dalam tatanan dunia global baik secara ekonomi maupun militer. Pertumbuhan ekonomi China yang terus beranjak naik dan devisa negaranya yang semakin menguat menyebabkan China mengembangkan budget militernya dan makin memperkuat pertahanan militernya. Hal ini tentu menarik minatAmerika Serikat. Sebagai bentuk reaksi dari Amerika Serikat kepada fenomena yang terjadi tersebut, maka Amerika Serikat berupaya hadir kembali dan memperkuat pengaruh serta eksistensinya di tempat Asia dan Asia Pasifik. [3] Hingga akhirnya pada November 2011, Presiden Barack Obama secara resmi melakukan penggelaran pasukan militer Amerika Serikat di Darwin, daerah Australia bagian utara. (VOA Indonesia, 13 Mei 2012) Presiden Barack Obama melakukan penggelaran pasukan militernya pada bulan November 2011 di Darwin dengan menempatkan 2.500 marinir dan 25.000 pasukan militernya. Presiden Barack Obama dengan Perdana Menteri Australia, Julia Gilard, berusaha memperkuat kedatangan militer Amerika Serikat di Asia Pasifik dengan mengoperasilan ribuan mariner Amerika Serikat di luar satu pangkalan militer defakto di Pelabuhan Darwin. (Antara News, 16 November 2011) Penempatan pasukan militer Amerika Serikat di Darwin, Australia tidak dapat cuma dilihat dari segi Amerika Serikat dan Australia semata. Lebih dari itu kehadiran militer Amerika Serikat di Australia tersebut turut juga mempengaruhi dinamika keselamatan di Asia pula. Terlebih dengan reaksi dari China yang kurang sepakat dengan penempatan pasukan militer Amerika Serikat tersebut di Darwin tanpa dibicarakan terlebih dulu di dalam komunitas internasional. Penempatan pasukan militer Amerika Serikat di Darwin pada mulanya menyebabkan pro dan kontra dari negara-negara anggota ASEAN yang posisinya relatif dekat dengan Australia. Pada awalnya beberapa negara anggota ASEAN pun mempertanyakan penempatan pasukan militer Amerika Serikat tersebut. Namun, setelah dilakukan obrolan antara pihak Amerika Serikat dan negara-negara anggota ASEAN, maka negara-negara anggota ASEAN pun mendapatkan kehadiran pasukan militer Amerika Serikat di Darwin. Negara-negara anggota ASEAN tersebut mendapatkan kehadiran pasukan militer Amerika Serikat di Darwin alasannya argumentasi-argumentasi yang dikemukakan oleh pihak Amerika Serikat atas penggelaran pasukannya tersebut. Alasan-alasan yang seringkali disampaikan oleh Amerika Serikat antara lain 1) Pasukan Amerika Serikat akan bereaksi lebih singkat kepada dilema-duduk perkara kemanusiaan dan keselamatan di Asia Tenggara, 2) Pasukan Amerika Serikat dapat melakukan tindakan yang cepat jikalau ketegangan di Laut China Selatan meningkat, bahkan Presiden Barack Obama mengutarakan tentang keamanan maritime di Laut China Selatan dalam jadwal KTT ASEAN di Bali. [4] (Antara News, 16 November 2011) Dengan melihat dinamika yang terjadi tersebut pasti kedatangan pasukan militer Amerika Serikat akan menjadi aspek baru yang mau dipertimbangkan dalam dinamika-dinamika yang terjadi di Asia Pasifik. Oleh alasannya adalah itu, penulisan studi kasus perihal penempatan pasukan militer Amerika Serikat di Darwin Australia menjadi menawan dan penting alasannya imbas yang ditimbulkan dapat mensugesti dinamika di tempat Asia dan Asia Pasifik. 2. Rumusan Permasalahan Presiden Barack Obama sudah melakuka penggelaran pasukan militernya di Darwin dan akan terus ditingkatkan pada tahun 2012 ini. Kerjasama pertahanan yang dijalin antara Amerika Serikat dan Australia semakin ditingkatkan dan diperkuat. Amerika Serikat betul-betul akan memperlihatkan fokus dan perhatian lebih di daerah Asia Pasifik. Fokus dan perhatian tersebut terlihat terang dalam pernyataan Presiden Barack Obama, “Sebagai Negara dengan perekonomian paling besar di dunia AS ingin tetap menjaga dan memperkuat kehadiran serta kiprahnya dalam mengembangkan kawasan ini. Jangan pernah ada keraguan lagi di kurun ke-21 ini di Asia Pasifik, Amerika Serikat akan ada di dalamnya.” (BBC Indonesia, 17 November 2011) Presiden Barack Obama pada tanggal 5 Januari 2012 pun mengungkapkan kebijakan terbaru pertahanan Amerika Serikat. Kebijakan bari ini akan merampingkan postur kekuatan militer Amerika Serikat demi efisiensi anggaran, peningkatan penggunaan teknologi tinggi dan perubahan fokus pengerahan militer ke Asia Pasifik. (Harian Jogja, 6 Januari 2012) Dari pernyataan-pernyataan kenegaraan tersebut jelas terlihat bahwa Amerika Serikat sangat serius untuk hadir kembali di daerah Asia Pasifik. Kehadiran dan kepentingan Amerika Serikat di daerah Asia Pasifik yang diejawantahkan dengan penggelaran pasukan militernya di Darwin menjadi perhatian dan konsentrasi penelitian penulis. Sehingga penulis berupaya membedah dan mengecek Apa kepentingan Amerika Serikat dalam penggelaran pasukan militernya di Darwin, Australia semenjak November 2011? 3. Tinjauan Pustaka Beberapa sumber yang menjadi acuan tinjauan pustaka dalam observasi ini yakni: 1) Darwin’s Importance to US Asia-Pacific Strategy yang ditulis oleh Sergei DeSilva-Ranasinghe, seorang analis senior dari Futire Directions International. Jurnal ilmiah ini diterbitkan oleh Independent Strategic Analysis of Australia’s Global Interest di West Perth Australia pada tanggal 12 April 2012. Jurnal ini membahas mengenai pentingnya Darwin dalam Strategi kebijakan Amerika Serikat dan Asia Pasifik. Di mana, Amerika Serikat dan Australia telah menjalin kerjasama pertahanan dan semakin mengembangkan koordinasi tersebut dengan melaksanakan penggelaran pasukan Amerika Serikat di Darwin serta melakukan latihan militer bareng dengan Australia dan Militer negara-negara Asia Tenggara. Lokasi Darwin yang strategis juga mempermudah pasukan Amerika Serikat untuk melakukan pendampingan kemanusiaan (humanitarian assistance), dan sumbangan operasi dikala terjadi musibah. Darwin juga menjadi focal point untuk acara pendampingan peningkatan kapasitas militer Australia yang dikerjakan oleh Amerika Serikat. 2) Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Amerika Serikat, Pemindahan Pangkalan Militer AS ke Australia: Soft Balancing ke Hard Balancing terhadap China? Yang ditulis oleh Sandi Tawakal Anugrah Putra/Ilmu Hubungan Internasional, FISIP Univ. Indonesia pada tahun 2012. Dalam tulisannya, diterangkan tentang mengapa kebijakan penempatan pangkalan militer di Australia dikerjakan di tengah tren kebijakan penurunan pengeluaran budget militer dan program pemulihan ekonomi yang dilaksanakan oleh Pemerintahan Obama. Kebijakan Amerika Serikat ini dianggap sebagai upaya hard balancing yang dijalankan selaku respon kedatangan dan bangkitnya militer China di kawasan Asia. Hal ini merupakan pergeseran kebijakan Amerika Serikat yang bersifat soft balancing ke arah hard balancing sebab kenaikan militer China yang bersifat defensive mengarah terhadap pertahanan offensive. Perbedaan dari penelitian ini dengan beberapa acuan di atas adalah dalam penelitian ini penulis akan memfokuskan pada kepentingan-kepentingan Amerika Serikat yang menjadi dasar dari kebijakan penggelaran pasukannya di Darwin, Australia. Penulis akan membedah dan mengecek kepentingan Amerika Serikat tersebut baik dari segi ekonomi, politik, dan militer atas kehadirannya di tempat Asia Pasifik tersebut. 4. Kerangka Teori a. Definisi Konseptual 1) Interest Morgenthau argued that interest was at the heart of all politics and thus on the international stage it behooved each state to pursue its national interest, generally defined as power. (J. Peter Pham, 2008: 258) Menurut Morgenthau interest ialah jantung dari politik internasional, setiap negara niscaya akan melaksanakan tindakan berdasarkan dorongan national interest- nya, di mana national interest secara lazim didefinisikan sebagai power. Power ini sendiri pun bisa berupa power ekonomi, militer, politik, ideologi dan kebudayaan. Hans J. Morgenthau stated, in American national interest, every political action is seen as directed toward keeping, increasing, or demonstrating power. The objective are 1) to maintenance of the objective the maintenance of the existing balance of power, 2) seeks to acquire more power, 3) seeks to show off strength in order to keep or expand power. (J. Peter Pham, 2008: 258) Hans J. Morgenthau pun mengemukakan bahwa dalam national interest Amerika, setiap tindakan politik yang dikerjakan yakni bermaksud untuk mempertahankan, meningkatkan dan mendemonstrasikan power- nya. Tujuannya yaitu untuk 1) untuk menjaga kondisi balance of power yang ada, 2) mencari power yang lebih besar lagi, dan 3) untuk menawarkan power -nya guna menjaga ataupun meningkatkan power -nya. Sehingga kebijakan pemerintah Amerika Serikat dalam tindakannya melaksanakan penggelaran pasukan militer di Darwin, Australia mampu kita pahami sebagai upayanya mengejar-ngejar dan menjaga power -nya dan melaksanakan balance of power kepada China di daerah Asia Pasifik mirip yang dikemukakan oleh Hans J. Morgenthau tersebut. 2) Military Deployment Military deployment is the movement of armed forces and their logistical support infrastructure around the world. Jadi, penggelaran pasukan ialah penempatan pasukan militer beserta keperluan-kebutuhan logistik dan infrastruktur militernya di sebuah daerah yang sudah ditetapkan. Penggelaran pasukan ini merupakan salah satu seni manajemen militer di mana strategi ini dilakukan oleh organisasi militer untuk memburu target-sasaran strategis yang diinginkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Carl von Clausewitz, bahwa taktik militer ini merupakan salah satu cara untuk meraih kesinambungan politik dengan cara militer. Hal inilah yang dijalankan oleh Amerika Serikat ketika ini di Darwin, Australia. Presiden Barack Obama menempatkan 2500 marinirnya beserta 25.000 pasukan militernya di Darwin sejak November 2011 dan akan terus berkembangpada tahun 2012. Penggelaran pasukan tersebut akan pula disertai dengan latihan militer bareng dengan Australia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Hal ini tentu merupakan salah satu seni manajemen militer Amerika Serikat dalam merespon dan menawarkan reaksi terhadap kebangkitan China di Asia, apalagi lagi China telah meningkatkan seni manajemen pertahanan militernya dari defensive menjadi offensive. 3) Balance of Power Balance of Power atau perimbangan kekuasaan di dalam terminologi kekerabatan internasional merupakan sebuah metode di mana satu negara melakukan upaya peningkatan kekuatan menjadikan negara lain pun turut melakukan upaya peningkatan kekuatan, baik dengan kekuatan sendiri atau pun bergabung dengan kekuatan negara lain dengan membentuk aliansi. (Hartman, 16 Maret 2009) Teori Balance of Power ini pun mengemukakan bahwa eksistensi sebuah negara dengan kekuatannya yang melebihi kekutan negara-negara lain akan menjadi ancaman di dalam tata cara tersebut. Sehingga satu cara yang efektif untuk menangani ancaman tersebut adalah dengan membangun kekuatan yang dapat menandingi kekuatan besar tersebut. Pembangunan kekuatan itu pun ialah satu cara yang efektif untuk melakukan kontrol kepada penggunaan kekuatan negara yang memiliki power besar tersebut. Dengan demikian, teori balance of power dapat dimaknai selaku distribusi kapabilitas kekuatan antara negara-negara dalam sebuah sistem. Teori balance of power ini yakin bahwa dikala sebuah negara berusaha meningkatkan kapabilitas kekuatannya dan menggunakan kekuatan tersebut secara kasar, maka negara-negara yang merasa terancam akan turut pula melaksanakan peningkatan kekuatannya selaku wujud perimbangan baik dilakukan dengan mengembangkan kapabilitas kekuatannya sendiri atau pun dengan melaksanakan counter balancing dengan menyatukan kekuatan dari beberapa negara dalam satu aliansi. Dalam kaitannya dengan tindakan penggelaran pasukan Amerika Serikat di Darwin, Australia langkah-langkah balancing yang dikerjakan oleh Amerika Serikat kepada China lebih condong terhadap bentuk hard balancing. Menurut T.V. Paul hard balancing ialah seni manajemen yang sering diperlihatkan oleh negara-negara yang terlibat dalam persaingan intens antar negara. Negara lalu mengadopsi seni manajemen untuk membangun dan memperbarui kesanggupan militer mereka serta menciptakan dan memelihara aliansi formal dan counteralliances untuk menandingi kemampuan lawan utama mereka. (T.V Paul, 2004: 3) b. Operasionalisasi Konsep Pemerintah Amerika Serikat melakukan penggelaran pasukan militernya di Darwin, Australia semenjak bulan November 2011 sebagai salah satu kebijakan dan seni manajemen militernya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Carl von Clausewitz, seni manajemen militer yang dilaksanakan oleh Amerika Serikat ini ialah salah satu cara yang dikerjakan oleh Amerika Serikat untk menjangkau kesinambungan politik di kawasan Asia Pasifik dengan cara militer selaku upayanya mem- balancing kedatangan dan kebangkitan China di Asia. Kebijakan dan seni manajemen penggelaran pasukan militer Amerika Serikat tersebut pasti berdasarkan atas national interest -nya yang lalu national interest tesebut akan diejawantahkan dalam bentuk power, baik power ekonomi, politik maupun militer. Hal ini dijalankan selaku reaksi dan jawaban Amerika Serikat atas kedatangan dan kebangkitan China sebagai new emerging powers di Asia. Sehingga langkah-langkah penggelaran pasukan di Darwin mampu pula diartikan sebagai upaya Amerika Serikat melaksanakan balance of power kepada China terutama dengan sistem hard balancing . Tindakan balancing Amerika tersebut terlihat dengan kebijakan-kebijakan dan pernyataan-pernyataan kenegaraan yang dijalankan oleh Presiden Barack Obama dan Wakil Menteri Pertahanan Amerika Serikat bidang pertahanan, Michele Floumoy, terkait dengan kebijakan penggelaran pasukannya di Darwin, Australia. 5. Hipotesis dan Asumsi a. Hipotesis Yang menjadi dasar dari kebijakan penggelaran pasukan militer Amerika Serikat di Darwin, Australia ialah untuk menyanggupi national interest- nya. Di mana Amerika Serikat terus berusaha untuk menjaga dan mempertahankan power dan pengaruhnya di tempat Asia Pasifik, untuk menghimpun dan mengembangkan power -nya, serta mempertahankan kondisi balance of power di kawasan Asia Pasifik sebab Amerika Serikat tidak mengharapkan kebangkitan China sebagai new emerging power muncul sebagai hegemon tunggal di kawasan Asia Pasifik. b. Asumsi Dengan kehadiran Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik yang diejawantahkan dalam langkah-langkah penggelaran pasukan militer Amerika Serikat di Darwin Australia, mampu menjadi balance of power dan kontrol atas kedatangan China yang makin maju dan semakin kuat baik secara ekonomi maupun militer. Kehadiran Amerika Serikat ini akan membendung dan membatasi China dalam kegiatannya untuk mendominasi tempat Asia Pasifik. Dengan demikian, Amerika Serikat pun mampu dengan leluasan menghimpun power dan menancapkan pengaruhnya di tempat Asia Pasifik. 6. Model Analisis 7. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian Penelitian ini ialah observasi deskriptif di mana observasi ini menggunakan acuan penggambaran kondisi fakta empiris diikuti argumen yang relevan. Dari citra fakta dan argument tersebut kemudian dianalisa untuk ditarik sebuah kesimpulan. Penelitian deskriptif ini bermaksud untuk menawarkan citra tentang fenomena yang sedang diteliti oleh penulis. Dalam observasi ini penulis menjajal menawarkan deskripsi mengenai kebijakan pemerintah Amerika Serikat dalam tindakan penggelaran pasukan militernya di Asia Pasifik. Dengan menyaksikan fenomena yang ada tersebut disertai dengan perlindungan argument-argumen yang berkaitan penulis mencoba mengevaluasi sampai alhasil menarik kesimpulan tentang kepentingan Amerika Serikat dibalik kebijkaan penggelaran pasukan militernya di Darwin, Australia. b. Bentuk Penelitian Penelitian ini merupakan observasi kepustakaan di mana para penulis melaksanakan observasi kepada objek yang dikaji dengan melalui observasi kepada materi-bahan pustaka adalah dokumen, buku, jurnal ilmiah, laporan penelitian, majalah, koran dan sumber-sumber lainnya dari internet. Oleh alasannya adalah itu penulis melaksanakan penghimpunan data-data dan sumber gosip yang berhubungan dengan kebijkan Pemerintah Amerika Serikat dalam penggelaran pasukan militernya di Darwin, Australia, latar belakang dan kepentingan-kepentingan yang dibawa oleh Amerika Serikat dalam kebijakannya tersebut, serta sumber-sumber yang menawarkan rumusan-rumusan teori dan desain yang relevan untuk dipakai mengecek fenomena tersebut. c. Teknik Pengumpulan Data Dalam observasi ini, para penulis menghimpun data-data yang diperlukan untuk menyusun penelitian dengan melakukan teknik dokumnentasi/kepustakaan yang memiliki arti para penulis mencari sumber-sumber dan mengkaji sumber-sumber gosip tersebut untuk kemudiah dibedah dan dianalisa dalam penelitian ini. d. Metode Analisis Dalam melakukan analisis data dan sumber-sumber berita dari materi acuan untuk observasi ini, penulis menggunakan tata cara evaluasi deskriptif-kualitatif. 8. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah 2. Perumusan Masalah 3. Tinjauan Pustaka 4. Kerangka Teori 5. Hipotesis dan Asumsi 6. Model Analisis 7. Metode Penelitian 8. Sistematika Penulisan BAB II OBYEK YANG DITELITI 1. Penggelaran Pasukan Militer Amerika Serikat di Darwin, Australia BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. National Interest Amerika Serikat a. Bidang Ekonomi b. Bidang Politik c. Bidang Militer 2. Balance of Power Amerika Terhadap China BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan 2. Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA Buku Asri, Muhammad Fauzi. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bergabungnya Amerika Serikat Dalam Trans Pacific Partnership (TPP) Pada Tahun 2009. (Jakarta: 2011) Australian Goverment Departement of Defence, Defence white paper 2009:defending Australia in the Asia Pacific Century: force 2030. Departement of the prime minister and cabinet (Canberra, 2009) Burchil, Scott. Andrew Linklater. Theories of International Relations. (New York: Palgrave Mcmillan, 2005) Dougherty, James E. Pfaltzgraff, Robert L. Contending Theories of International Relations ( A Comprehenship Survey) fourth edition. (New York: Longman, 1996) Papp, Daniel S. Contemporary International Relations (frameworks for understanding). (Boston: Macmillan Publishing Company, 1997) Paul T. V, Introduction The Enduring Axioms of Balance of Power Theory and The Contemporary Relevance,dalam T. V. Paul et al (eds), Balance of Power. (California : Stanford University Press,2004) Pham, J. Peter. What is in The National Interest? Hans Morgenthau’s Realist Vision and American Fereign Policy. (New York: NCAFP, 2008) Scott, Burchil. National Interest in International Relations Theory. (Houndmills: Palgrave Macmillan, 2005) Jurnal dan Paper Department of Defense. Military Personnel Strengths by Regional Area and by Country. (United States: 2012). US Department of Defense. Joint Publication, Dictionary of Military and Associated Terms. (United States: 2007) Wulandari, Siti. Menilik kepentingan Amerika Serikat Di Balik Kehadirannya (lagi) di Kawasan Asia Pasifik. (Jakarta: 2011) Websites AS Tingkatkan Kehadiran Militer di Australia . Di kanal pada 15 Januari 2012 pukul 20.10 WIB. David Nakamura. The Washington Post: “A Determined Obama in Asia-Pasific Tour.” 19 November 2011. . Di saluran pada 16 Januari 2012 pukul 00.10 WIB. Hardy, James. Analysis: US’ Asia-Pasific Strategy Provokes Mixed Responses from China. 13 Januari 2012. http://www.janes.com/products/janes/defence-security-report.aspx?ID=1065932124 . Diakses pada 16 Januari 2012 pukul 00.15 WIB. Hartman. “Balance of Power in International Relations”. 16 Maret 2009. http://www.legalserviceindia.com/article/l326-Balance-of-Power-in-International-Relations.html. Di terusan pada 1 Mei 2012 pukul 22.00 WIB. . Di akses pada 13 Mei 2012 pukul 14.35 WIB. [1] Sejak 1 September 1951, dibangun pakta pertahanan Asia Pasifik antara Australia, New Zealand dan Amerika Serikat yang dikenal dengan nama ANZUS (Australia, New Zealand, United States Security Treaty) . Dalam koordinasi pertahanannya tersebut, terjalin kerjasama bilatertal di bidang pertahanan yang lebih bersahabat antara Astralia dan Amerika Serikat, di mana Australia akan senantiasa mendukung kebijakan pertahanan Amerika Serikat di tempat Asia Pasifik. Sehingga, Amerika Serikat mempunyai susukan untuk melakukan latihan militer di daerah perairan Pasifik. [2] Benua Asia ialah tempat yang memiliki peluang sebab mempunyai sumber daya alam, sumber daya manusia, tingkat populasi yang tinggi selaku pasar yang potensial ialah salah satu perhatian Amerika Serikat. Terlebih lagi dengan kedatangan-kemunculan new emerging powers di Benua Asia mirip India dan China, mengakibatkan benua ini semakin menarik perhatian Amerika Serikat. [3] Amerika Serikat mulai memperkuat pengaruhnya di kawasan Asia dengan membangun dan mengaktifkan kembali pangkalan-pengkalan militernya di Filipina, Singapura, Thailand, Jepang dan Korea Selatan. [4] KTT ASEAN XIX ini dilaksanakan di Bali, Indonesia pada tanggal 17-19 November 2011. KTT ASEAN ini tidak hanya didatangi oleh negara-negara anggota ASEAN saja namun juga negara-negara anggota ASEAN+3, ASEAN+3+3 serta Amerika Serikat dan Rusia. Happy reading and enjoy it :) Sumber https://siti-wulandari.blogspot.com