Cerita Fabel Pendek dan Singkat – Pernahkah kamu mendengar cerita dimana para binatang dapat berbicara, bergerak hingga makan seperti yang dilakukan manusia?
Jika iya, berarti kamu sedang mendengarkan cerita fabel.
Fabel merupakan salah satu jenis cerita fiksi yang dimana dalam ceritanya, para binatang menjadi tokoh-tokohnya serta dapat melakukan segala hal seperti yang dilakukan oleh manusia.
Kisah yang terjadi di dalam cerita fabel merupakan khayalan penulis yang ditujukan untuk menghibur anak-anak, tidak hanya itu bahkan beberapa cerita fabel juga di angkat ke dalam serial anak-anak.
Tidak hanya berisi kisah yang menarik, di dalam fabel juga akan terdapat amanat yang dapat diajarkan pada anak-anak seperti arti persahabatan, saling menghormati, bekerja sama, tidak mencuri dan banyak hal lainnya yang dapat membantu dalam pengajaran pembentuk sikap anak.
Daftar isi Artikel
Cerita Fabel Pendek dan Singkat Beserta Pesan Moralnya
Beberapa contoh cerita fabel pendek dan singkat beserta nasihat yang terdapat di dalamnya akan diuraikan pada beberapa penjabaran berikut!
[lwptoc skipHeadingLevel=”h2″]
1. Semut dan Belalang
Musim panas yang cerah dan hangat membuat belalang menari, menyanyi dan bermain dengan biola kesayangannya hampir tiap hari.
Ia tidak ingin bekerja atau mempersiapkan perbekalan untuk menghadapi musim dingin.
Tidak terlintas di pikiran belalang bahwa hari-hari yang indah di musim panas ini akan segera berakhir, berganti menjadi musim dingin, dimana hujan akan sering turun dan udara yang sangat dingin.
Saat belalang sedang bermain biola, dia melihat semut yang tengah bekerja keras lewat di depan rumahnya.
Belalang yang riang ini ingin berbagi kebahagian kepada semut, sehingga dia mengundang semut untuk bersenang-senang bersama di rumah belalang.
Semut pun menolak permintaan belalang dengan halus, “Maaf, saya masih harus bekerja keras agar saat musim dingin saya memiliki cadangan makanan dan tempat tinggal yang lebih hangat.”
Belalang pun menanggapi penolakan yang dilakukan semut,”Berhentilah memikirkan terlalu banyak hal, mari kita bernyanyi dan menari bersama saja, agar perasaanmu lebih baik.
Ayolah kita harus menikmati hidup kita!”
Setelah mendengar kata-kata tersebut si semut tetap bijaksana dan tidak mengindahkan ajakan si Belalang, ia pun pamit pulang.
Siapa sangka musim panas berakhir lebih cepat dari biasanya.
Belalang yang sehari-harinya selalu bergembira kini panik bukan main.
Ia tidak punya tempat tinggal yang layak dan persediaan makanannya sudah habis.
Dengan langkah gontai si belalang menuju rumah semut.
Dia memohon kepada semut agar diberikan makanan dan dibolehkan tinggal di rumah semut.
Mendengar permohonan itu semut menjawab, “Maaf, tapi saya tidak bisa membantu karena rumah saya terlalu sempit untuk anda dan jumlah persediaan makanan yang ada hanya cukup untuk saya sekelurga.
Belalang akhirnya pergi dengan rasa penyesalan dan kesedihan.
Dalam hatinya dia berkata, “Seandainya aku mengikuti kebiasaan semut untuk bekerja keras, pasti sekarang aku sudah kenyang dan bisa tidur nyenyak di rumah.
(Aesop)
Bagaimana pendapat yang muncul setelah membaca fabel di atas?
Pada fabel kita dapat melihat 2 karakter yang jauh berbeda pada tokoh-tokohnya, dimana semut digambarkan sangat giat bekerja sedangkan tokoh belalang dengan karakter pemalas.
Dari cerita semut dan belalang ini kita dapat mengambil pesan moral bahwa kita harus mengisi hari-hari yang kita miliki dengan sebaik mungkin dan hal-hal yang bermanfaat.
Tidak hanya itu, kita juga harus mempersiapkan bekal untuk masa yang akan datang, misalnya dengan rajin belajar sebelum menghadapi ujian sekolah.
Membuat persiapan untuk masa akan datang sangat diperlukan sebab kita tidak akan tahu tentang apa yang akan terjadi esok hari.
2. Rubah dan Kambing
Malam hari yang gelap adalah waktunya rubah berjalan-jalan di sekitar hutan.
Sayangnya malam itu rubah terjatuh ke dalam sumur yang cukup dalam.
Dia mencoba berbagai macam cara untuk keluar dari sumur seperti melompat, memanjat dan meminta tolong.
Sayang usahanya tidak membuahkan hasil.
Akhirnya tidak ada pilihan lain bagi si Rubah, mau tak mau dia harus bermalam di dalam sumur tersebut.
Keesokan paginya, seekor kambing yang tak sengaja lewat tertarik untuk menengok isi sumur.
Sang kambing tampak terkejut ketika dia melihat ada rubah di dalam sumur.
Untuk menghilangkan rasa penasarannya, si kambing bertanya kepada rubah, ”Apa yang anda lakukan di dalam sumur Tuan Rubah?”
Rubah yang licik langsung mendapatkan ide setelah melihat ada kambing di atas sumur.
Dia pun menjawab, “Saya turun ke dalam sumur untuk meminum air. Ini adalah air terbaik yang pernah saya rasakan sepanjang hidup saya. Jika Tuan Kambing ingin mencobanya silahkan saja.”
Tanpa pikir panjang si kambing langsung melompat ke dalam sumur dan meminum air sebanyak-banyaknya untuk melepaskan dahaganya sedari tadi. Setelah kenyang minum air si kambing hendak keluar dari sumur.
Namun nasibnya sama seperti rubah yang tak bisa keluar.
Saat kambing mengalami kepanikan, sang rubah menenangkannya dan menawarkan sebuah solusi, “Tuan Kambing, saya mempunyai ide, bagaimana jika anda berdiri dengan kaki belakang anda. Setelah itu saya akan naik di atas kepala anda dan keluar. Dari atas sana, saya akan membantu mengeluarkan anda.”
Kambing yang polos ini menyetujui penawaran dari rubah.
Akhirnya rubah licik ini bisa keluar dari sumur.
Bukannya menolong kambing, dia malah berkata, “Seandainya anda cukup cerdas, anda tidak akan pernah masuk ke suatu tempat tanpa memikirkan terlebih dahulu bagaimana cara keluarnya.” Ia pun melenggang pergi meninggalkan kambing di dalam sumur.
(Tony Ireland)
Sedari kecil kita tentu di ajarkan untuk tolong menolong bukan?
Sikap tolong menolong merupakan perbuatan yang baik, namun perlu dipertimbangkan lagi agar tidak membawa kesulitan bagi kita sendiri.
Rubah memiliki watak yang cerdik, namun sayang kecerdikannya dimanfaatkan untuk menipu dan memperdaya orang lain untuk keuntungan pribadi.
Dalam fabel di atas terdapat nasihat, bahwa sebelum melakukan apapun kita harus memikirkannya baik-baik sebelum akhirnya menimbulkan penyesalan untuk diri kita.
3. Kelinci dan Kura-Kura
Suatu hari di sebuah hutan, kura-kura menantang kelinci yang sombong untuk bertanding adu cepat dalam perlombaan lari.
Kura-kura berani menantang kelinci karena dia sudah tidak tahan dihina lambat dan berat oleh kelinci setiap harinya.
Tanpa berpikir panjang kelinci menerima tantangan itu dengan penuh rasa percaya diri. Dalam hatinya ia berkata, “Bodoh sekali kura-kura ini menantangku berlari, bukankah sudah jelas siapa pemenangnya.” Dia pun meninggalkan kura-kura dengan penuh tawa kemenangan.
Esoknya hari besar ini tiba. Sebuah rute yang panjang di dalam hutan menjadi arena perlombaan bagi kelinci dan kura-kura.
Hewan-hewan lain pun sudah mulai berdatangan untuk menyaksikan lomba lari ini.
Dukungan mereka berikan kepada kura-kura, karena memang hewan lain juga kesal dengan kesombongan kelinci yang keterlaluan.
Seekor kera yang bertugas sebagai wasit memberikan aba-aba tanda mulainya perlombaan.
Dalam sekejap kelinci sudah jauh memimpin.Melihat kecepatan kelinci, si kura-kura tak menyerah, ia pun berlari secepat yang dia bisa.
Setelah beberapa saat berlari dengan kecepatan tinggi, si kelinci merasa cukup lelah. Dia pun duduk bersandar di pohon. Dia berkata, “Kura-kura masih jauh di belakangku, rasanya aku bisa istirahat sebentar untuk memulihkan tenaga.”
Entah sudah berapa waktu berlalu ketika kelinci merasa terkejut, dia menoleh ke arah belakang berharap kura-kura belum menyalipnya. Si kelinci menggurutu, “Aduh, aku ketiduran. Semoga kura-kura masih ada di belakangku.”
Dengan secepat mungkin kelinci berlari ke arah garis finish.
Dia masih yakin akan menang. Sayang seribu sayang, ternyata kura-kura sudah sampai terlebih dahulu.
Terlihat hewan-hewan lain bersorak sorai merayakan kemenangan kura-kura. Kelinci pun pergi dengan perasaan malu.
(Aesop)
Memiliki keunggulan memang mampu memberikan rasa bangga pada diri kita.
Berbangga hati dengan keunggulan diri boleh saja dilakukan, tetapi tidak boleh secara berlebihan bahkan hingga mampu merendahkan orang lain.
Dari cerita di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa kita tidak boleh sombong dengan kelebihan yang kita miliki serta tidak boleh merendahkan orang lain.
Selain itu, kita juga harus memiliki rasa optimis, pantang menyerah, serta terus berusaha dan jangan pernah lengah untuk meraih hal yang kita inginkan.
4. Anjing Gunung, Keledai dan Macan Tutul
Suatu hari seekor keledai pergi mencari seekor anjing gunung ke sebuah gunung yang sangat tinggi, keledai itu sengaja mencari anjing gunung untuk berburu bersama di sebuah hutan yang cukup lebat dan tidak lama keledai itu menaiki gunung akhirnya dia menemukan seekor anjing gunung sedang berjalan.
Kemudian anjing itu dia ajak untuk berburu bersama dan akhirnya anjing gunung itu menerima ajakan dari sang keledai, kini sang keledai dan anjing gunung pergi ke hutan lebat itu namun sebelum mereka memasuki hutan itu sang keledai menemui seekor mancan tutul yang sedang tiduran di sebuah pohon besar.
Sang keledai kemudian mengajak macan tutul itu pergi berburu bersama dan macan tutul itupun menerima ajakan sang keledai.
Setelah sang keledai mengumpulkan teman berburunya yaitu Anjing gunung dan Macan Tutul kini mereka pergi bersama-sama memasuki hutan lebat untuk berburu bersama, mereka menangkap hewan-hewan dengan kerjasama yang baik hewan apapun bisa mereka tangkap dengan mudah mereka berburu mulai dari pagi hari sampai dengan sore hari.
Mereka berhasil mengumpulkan hewan-hewan tangkapannya kemudian mereka bawa ke tempat terbuka dan mereka tumpuk hewan-hewan hasil buruan mereka.
Hewan hasil buruan mereka terdiri dari seekor kelinci, kambing, rusa, kerbau, kijang dan uncal, kini waktunya mereka membagi-bgaikan hewan tangkapan mereka.
Sang macan tutul menunjuk sang keledai untuk membagi hewan-hewan itu “Keledai silahkan kau bagi makanan-makanan itu” Perintah sang macan tutul lalu keledai itu menghitung dengan cermat hewan tangkapan itu, setelah sang keledai menghitung dia membagikan hewan-hewan itu secara adil dengan membagi tiga bagian yang sama banyak.
Melihat pembagian itu sang macan tutul sangat marah kemudian dia menerkam sang keledai hingga keledai itu mati dan kini tumpukan makanan telah bertambah. Kemudian sang macan tutul menoleh ke arah anjing gunung “Sekarang kamu bagikan hewan-hewan itu”.
Perintahnya dengan marah, kini sang anjing gunung mendekati makanan itu dia menumpukan kembali hewan-hewan yang telah dibagikan oleh sang kedelai menjadi tumpukan yang besar kemudian dia menggigit seekor kelinci di mulutnya untuk dirinya sendiri, itupun hanya seekor kelinci yang dagingnya sangat kecil dan tidak begitu berarti untuk sang macan tutul.
Macan tutul yang tadinya marah kini mulai reda dia melihat keputusan sang anjing gunung dengan tersenyum “Kau sangat pandai dalam mengambil sebuah keputusan wahai anjing gunung, kau membagikan makanan ini dengan sangat adil apakah kau mempelajarinya dari sang keledai?”.
Tanya sang macan tutul “Ya aku belajar dari sang keledai” jawab anjing gunung itu sambil pergi dari hadapan sang macan tutul “aku juga tidak mau mengulangi nasib sama dengan keledai itu” celetuk sang anjing.
Dalam hatinya anjing gunung sangat kecewa dengan keserakahan macan tutul, dia berjanji tidak akan bekerjasama dan membantu macan tutul di kemudian hari.
Sumber : Woazy.com
Serakah adalah suatu perbuatan dimana kita tidak merasa cukup dengan apa yang telah kita miliki.
Serakah juga merupakan salah satu contoh tindakan buruk yang harus dihindarkan bahkan dihilangkan.
Dari cerita fabel pendek dan singkat di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa sikap serakah serta curang dapat membuat orang-orang menjauhi kita.
Oleh sebab itu kita harus menghindari sikap tersebut untuk menjaga pertemanan dan kekeluargaan yang kita miliki.
Demikian beberapa contoh fabel singkat yang semoga kamu dapat pencerahan dan amanat kebaikan yang terdapat di dalamnya.
Sumber er.com