--> Skip to main content
Pelajar Koding

follow us

Pengaturan Keselamatan Di Daerah Asia Timur (Traditional – Non Traditional Security Issues)

Penulis: Siti Wulandari, Diah Aryanti. FISIP-Hubungan Internasional Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) BAB I PENDAHULUAN 1.       Latar Belakang Kawasan Asia Timur ialah daerah yang berisikan Republik Rakyat China (tergolong di dalamnya Hong Kong dan Taiwan), Jepang, Mongolia, Korea Utara dan Korea Selatan. Masing-masing negara tersebut memiliki aksara dan sejarah yang berlawanan-beda. Masalah keamanan yang terjadi di daerah tersebut pun sangat kompleks. Tidak cuma persoalan keselamatan tradisional yang menitik beratkan pada keselamatan negara , perbatasan negara , ancaman militer tetapi juga meliputi keamanan nontradisional . Kedua informasi tersebut, baik isu keamanan tradisional dan non tradisional ialah fokus info keamanan yang serius di kawasan Asia Timur. Masalah krisis nuklir di semenanjung Korea menarik minatyang besar baik dari negara-negara di kawasan Asia Timur maupun dari negara-negara tetangga lainnya. Karena menyangkut national security masing-masing negara-negara yang bersangkutan. Masalah pertengkaran perbatasan antara beberapa negara di daerah Asia Timur pun menjadi sorotan. Adapun berita-berita keselamatan nontradi s ional yang berkembang di daerah Asia Timur antara lain informasi-gosip terorisme, human trafficking , drug trafficking , pencucian duit, petaka, human right abuses dan lain sebagainya. Dengan demikian, informasi-gosip baik keselamatan tradisional maupun keselamatan non-tradisional menjadi fokus perhatian penulis dalam mengecek kompleksitas pengaturan keselamatan di kawasan Asia Tenggara. 2.       Research Question 1)         Bagaimana kompleksitas keselamatan yang terjadi di Asia Timur? 2)         Bentuk Pengaturan keselamatan apa yang paling cocok untuk mengontrol kompleksitas keselamatan di Asia Timur BAB II KERANGKA TEORI 1.         Regional Security Complex Theory Dalam bukunya, Region and Powers the Structure of International Security,  Buzan & Wæver ( 2003, p.4 ) mengemukakan bahwa: “ The central idea in RSCT is that, since most threats travel more easily over short distances than long ones, security interdependence is normally into regionally based clusters: security complexes. […] Process of securitization and thus the degree of security interdependence are more intense between actors inside such complexes than they are between actors inside the complex and outside of it.” Dari teori yang dikemukakan oleh Buzan tersebut, tergambar bahwa bahaya yang ada makin mudah menyebar baik pada jarak bersahabat maupun pada jarak yang jauh sekalipun. Oleh sebab itu, interdependesi keamanan dalam suatu tempat pun terjadi, sehingga mengakibatkan keamanan tersebut menjadi makin kompleks. Hal ini menjadikan meningkatnya korelasi antar pemain drama yang terlibat baik secara pribadi di dalam kompleksitas tersebut maupun bintang film yang terlibat di luar kompleksitas keselamatan yang ada. Hal ini pun terjadi di daerah Asia Timur, di mana terjadi interdependensi keselamatan dan kompleksitas keselamatan di dalamnya. Isu-gosip keselamatan baik tradisional maupun non-tradisional yang terlingkup di dalam kawasan Asia Timur akan menjadi fokus kajian dalam kompleksitas keamanan ini. Saling bertautannya info-gosip keselamatan tersebut menyebabkan negara-negara di kawasan Asia Timur mempunyai interdependensi dalam hal pengaturan keamanan satu sama lain. Tidak hanya sebatas negara-negara yang berada di tempat tersebut yang terlibat eksklusif dalam kompleksitas keselamatan yang ada, negara-negara lain pun turut terlibat. Misalnya saja, negara-negara di tempat Asia Tenggara, Asia Selatan dan Amerika Serikat pun berperan serta dalam interdependensi dan kompleksitas keselamatan yang ada. Adapun empat level evaluasi dalam Regional Security Complex Theory yaitu: 1)       Kondisi domestik suatu negara dalam sebuah daerah. 2)       Hubungan antar negara dalam tempat tersebut 3)       Interaksi kawasan tersebut dengan kawasan lain yang berdekatan. 4)       Peranan pemain drama luar kawasan. 2.       Comprehensive Theory Adapun beberapa definisi dari Comprehensive Security Theory ialah:           “Comprehensive security is the pursuit of sustainable security in all fields (personal, political, economic, social, cultural, military, and environmental) in both the domestic and external spheres, essentially through cooperative means.” (CSCAP, 1995) “The doctrine of comprehensive security not only embraced different functional areas of security (for example economic, military, and political), but also defined security policy in terms of its various levels – domestic, bilateral, regional, and global.” [1] Berdasarkan teori tersebut, tergambar bahwa pengaturan keselamatan komprehensif mengontrol informasi keamanan secara multi dimensi dan multi level. Pengaturan keamanan ini mengkaji dan menertibkan berita-informasi keselamatan baik isu militer, politik, ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan secara komprehensif. Pengaturan keselamatan ini pun dikerjakan baik di tingkat domestik, bilateral, regional dan global. Pengaturan keselamatan ini tentu sesuai untuk diterapkan di tempat Asia Timur, mengingat kompleksitas keselamatan tradisional maupun non-tradisional yang ada di dalamnya, dan banyaknya bintang film yang terlibat baik dari level domestic, bilateral, regional maupun global. BAB III PEMBAHASAN 1.       Analisa Kompleksitas Keamanan di Kawasan Asia Timur Analisa Empat level evaluasi RSCT (Buzan & Weaver) : 1)       Kondisi domestik sebuah negara dalam sebuah tempat. Kawasan Asia Timur adalah salah satu daerah yang paling tidak stabil dan dapat menjadi area konfrontasi antara kekuatan besar di Asia dan dunia seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang, dan Rusia. Isu yang menjadi fokus utama di Asia Timur tentunya ialah duduk perkara di Semenanjung Korea dan juga Teluk Taiwan. Masalah di Semenanjung Korea datang dari Korea Utara. Jika pertentangan melebar, ketidakstabilan politik dan sosial dalam negara dan sekitarnya, menyebabkan suasana dan konflik, dan juga outflow pengungsi ke negara tetangga. Sementara masalah di Teluk Taiwan disebabkan oleh gerakan independen Taiwan yang mampu menjadikan perang antara Cina, Amerika Serikat, dan mungkin juga Jepang jika keadannya semakin memburuk. Kemudian terdapat juga krisis nuklir di China dan Korea Utara. China sudah menyikapi dengan memodernisasi, memajukan, dan berbagi kekuatan nuklirnya, dengan berpartisipasi dalam perjuangan untuk mempertahankan kredibilitas dan keefektifan dari kekuatan nuklir yang kecil sebagai pertahanan diri dalam menghadapi ancaman nuklir. Sementara Korea Utara menilai program nuklir selaku unsur peting bagi keamanan nasional dan keberlangsungan rezim Keluarga Kim. 2)       Hubungan antar negara dalam kawasan tersebut Bekerjasama ekonomi dan bisnis; ASEAN+3, East Asian Summit, walaupun konflik di perbatasan masih menghantui. 3)       Interaksi tempat tersebut dengan kawasan lain yang berdekatan. -           Japan-Australia Acquisition and Cross-Servicing Agreement -           Six Party Talks dimana dilakukan obrolan mengenai acara nuklir DPRK (Democratic People’s Republic of Korea) yang melibatkan Ameria Serikat, Korea Utara, Cina, Jepang, Rusia, dan Korea Selatan. Pemeran utama dalam pembicaraan ini yaitu Amerika Serikat dan Korea Utara. -           Keikutsertaan China, Jepang, dan Korea Selatan dalam ASEAN+3 dimana mereka mencatat harapan yang cerah untuk kenaikan interaksi dan kekerabatan yang lebih erat di Asia Timur dan mengakui fakta bahwa interaksi yang berkembang ini sudah membantu memajukan peluang kerjasama dan kerja sama satu sama lain, sehingga memungkinkan untuk memperkuat bagian-bagian penting untuk mempromoskan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran daerah tersebut. -           ASEAN – China yang setuju untuk menuntaskan pertentangan di Laut Cina Selatan dengan Declaration of Conduct yang memuat 10 pasal yang menertibkan soal komitmen dan sejumlah pengaturan internasional dalam solusi konflik di Laut Cina Selatan yang melibatkan Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam, Taiwan, dan Cina. 4)       Peranan aktor luar daerah. Amerika Serikat berperan besar di Asia Selatan. Amerika Serikat mendukung gerakan independen di Taiwan dan kiprahnya ini akan menyebabkan pertentangan yang bercabang bagi Amerika sendiri. Misalnya Sino-US rivalry dimana arm race mampu terjadi dan muncul ancaman perang atas Taiwan, meskipun keduanya mempunyai semangat dalam melakukan pekerjaan sama menanggulangi Korea Utara. Traditional Security Issues di Asia Timur “ ... traditional security relied on the anarchistic balance of power, a military build up ... and on the absolute sovereignty of the nation state ” [2] Tabel 1. Traditional Security Threat Type of security Referent object Responsibility to protect Possible threats Traditional security The state The integrty of the state Interstate war Nuclear proliferation Revolution Sumber: http://www.unidir.org/pdf/articles/pdf-art2138.pdf diakses p ada Senin, 14 Nopember 2011 22:31 .    Tabel 2. Bondaries Dispute in East Asia Region Territory Claimants Note South Tibet Cina, India, Taiwan Ideo Island/Suyan Rock (Socotra Rock) Korea Selatan, Cina Mungkin juga diklaim Taiwan dan Korea Utara Kuril Islands (Northern Territories) Rusia, Jepang Liancourt Rocks Korea Selatan, Korea Utara, Jepang Macclesfield Bank Cina, Taiwan, Vietnam, Filipina Okinotorishima Jepang, Cina Paracel Islands Cina, Taiwan, Vietnam Scarborough Shoal Filipina, Cina, Taiwan Senkaku Islands Jepang, Cina, Taiwan Spratly Islands Taiwan, Cina, Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei Tumen River Cina, Korea Utara, Korea Selatan Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_territorial_disputes#Asia_and_the_Pacific diakses pada Senin, 14 Nopember 2011 23:17 Non-Traditional Security Issues di Kawasan Asia Timur “ There is as yet a consensus definition of “non traditional security “; economic development, social stability, provision of food, energy and other environmental protection, the protection of unique cultures, individuals free freedom from hunger– these all parts of non-traditional security.... The use of “non-traditional security” as catch all reference for political, economic, social and cultural suffers from the persoalan of equivalence. ” [3]    Tabel 3. Human Security Type of security Referent object Responsibility to protect Possible threats Human security The individual The integrty of the perorangan Disease Poverty Natural disaster Violence Landmines Human rights abuses Sumber: http://www.unidir.org/pdf/articles/pdf-art2138.pdf Senin, 14 Nopember 2011 22:31 Tabel 4. Case of Non-Traditional Security Issues in East Asia Issues: Case in East Asia 1.      Terrorism China continues its counterterrorism cooperation with the US and other nations throughout the 2009. China has system of CTF (Counter-Financing of terrorism) Hongkong has close partner with US in the fight against terrorism. Macau as major international gambling center makes it potencial for terrorist financing activitist. Japan bolstered bolder security and enhanced national counterterrorism measure in coordination with US. South Korea demonstrated excellent law enforcement and intelligence to combat terrorism. Macau more than 6,000 kilometers of porous borders and easy entry for foreign travelers as conditions that terrorists could exploit, and moved to increase awareness of terrorism and to consider new laws. 2.      Money Laundering China has system of AML (anti-money laundering) Hongkong is potencial site for money laundering and also terrorist financing activities. Hongkong  include in Financial Action Task Force (FATF) for anti-money laundering. Macau as the potential sites for money laundering. 3.      Natural disaster Japan, China, dewan perwakilan rakyat Korea, RO Korea 4.      Over population China 5.      Trade diputes China currency policy, Barriers and benefit in free trade area, dispute settlement in wto, US-china trade conflct, 6.      Human right abuses Korut, torture, execution in china, excessive use of force in public order policing, repression of dissent and forced repatriation of  asylum seekers without recourse to a refugee determination procedure.  Freedom of expression is still significantly limited in South Korea.  In North Korea the government still fails to uphold its population's basic right to food and health care.   7.      Drug trafficking The project "Consolidation and Enhancement of the Border Liaison Office Mechanism (BLO) in East Asia" aims to increase institutional capacity within the region to combat the trafficking of drugs and chemicals used in the manufacture of illicit drugs (precursors).   8.      Human trafficking Japan has large sex industry, women and children sex exploitation in Japan, japan and south korea  allow unskilled foreign labout to hold job 9.      Poverty Korea Utara Tabel 5. Aktor-aktor yang Terlibat dalam Kompleksitas Keamanan Kawasan Asia Timur Level Negara Yang Terlibat Domestik Tiap-tiap negara di Kawasan Asia Timur (China, Taiwan, Macau, Hongkong, Korsel, Korut, Jepang) Bilateral Negara-negara yang menjalin koordinasi bilateral (baik antar negara-negara sesawa daerah Asia Timur maupun negara Asia Timur kepada negara di luar tempat Asia Timur) Regional Negara-negara di daerah Asia Timur, dan daerah yang berdekatan; Asia Tenggara, Asia Selatan. Global USA, Rusia, Uni Soviet, Australia 2.       Analisa dan saran penulis atas bentuk pengaturan keamanan yang tepat di kawasan Asia Timur Atas pemaparan kompleksitas keselamatan yang terjadi di Kawasan Asia Timur, di mana isu yang menjadi konsentrasi di dalamnya tidak hanya traditional security issues tetapi juga nontraditional security issues, serta kompleknya pemain film-pemeran yang terlibat di dalamnya baik dari dalam daerah Asia Timur sendiri maupun dari luar daerah, maka penulis menganjurkan bentuk pengaturan keselamatan Comprehensive Security . Pemilihan pengaturan keselamatan Comprehensive Security ini didasarkan pada comprehensive theory yang dikemukakan dalam CSCAP, 1995 di mana luasnya ruang lingkup pembahasan gosip yang ada mulai dari gosip traditional (political, military) sampai non-traditional (personal, economic, social, cultural) Dan comprehensive theory yang dikemukakan oleh Yukio Satoh dimana pengaturan keamanan ini diimplementasikan di berbagai level baik domestic, bilateral, regional, and global. Maka, bentuk pengaturan keselamatan ini sesuai dengan kondisi dan kompleksitas keselamatan yang terjadi di daerah Asia Tenggara. Tabel 5. Rekomendasi Pengaturan Keamanan  Asia Timur Proposer Type of Multilateralism Scope Institution Process Writer Comprehension Security Comprehensive focus both traditional and non-tradition issues Domestic, bilateral,  regional,  global Case by case approach, Intergovernmental BAB IV SIMPULAN Dari pembahan mengenai kompleksitas keselamatan di kawasan daerah Asia Timur dalam makalah ini, maka dapat ditarik kesimpulan: 1.       a) Isu keselamatan yang ada di tempat Asia Timur bersifat kompleks baik info-informasi tradisional maupun info non-tradisional. Isu-informasi tersebut saling bertautan satu sama lain baik dari dimensi isunya maupun levelnya (domestic, bilateral, regional dan global). b)       banyaknya pemain film yang terlibat baik dari dalam tempat maupun luar daerah Asia Timur turut menjadi variabel dalam dinamika dan kompleksitas keselamatan daerah tersebut. Bentuk pengaturan keamanan yang diusulkan penulis untuk keadaan di Asia Timur itu adalah Comprehensive Security . [1] Yukio Satoh dalam David Dewitt. Common, Comprehensive, and Cooperative Security. Routledge, 1994. The Pasific Review, Vol. 7, No.1. Hal. 3. [2] Owen, T. 2004. Challenge and opportunities for defining and measuring human security, Human Rights, Human Security and Disarmament, Disarmament Forum 3. Hal. 15-24. [3] Tsuneo Akaha. Non-Traditonal Security Cooperation for Regionalism in Northeast Asia.  LAMPIRAN Tabel 1. Proposed Asia-Pasific Security System (David Dewitt) Proposer Type of Multilateralism Scope Institution Process Soviet Union/Australia Common Security: CSCE model Comprehensive focus on CSBMs and nuclear arms control New; Asia-Pasific wide Broad-brush; government led Canada Cooperative Security Comprehensive with a strong focus on non military threats ASEAN/Japan Security Dialogue Comprehensive but with minimal focus on EHD issues Existing Inter-governmental United States Flexible Multilateralism Conventional threats; focus on some interstate conflict No new standing institution envisaged; maintain existing alliances Case-by-case approach; inter-govermental CSCE: Common Scenario Control Environment EHD: Environment, Human Right, Democracy CSBM: Confidence and Security Building Measures      Tabel 2. Human Security of Nontraditional Issues Kinds of nontraditional issues from various sources: a.        Economic underdevelopment b.        Trade disputes c.         Over population d.        Irregular migration e.         Refuges movement f.         Environmental degradation g.         Political oppression h.        Human right abuses i.          Terrorism j.          Illicit trade in drugs DAFTAR PUSTAKA Buku Owen, T. 2004. Challenge and opportunities for defining and measuring human security, Human Rights, Human Security and Disarmament, Disarmament Forum 3. Jurnal dan Artikel Akaha , Tsuneo . “ Non-traditional Security Cooperation for Regionalism in Northeast Asia .” Anthony, Mely Caballero . “Nontraditional Security and Multilateralism in Asia: Reshaping the Contours of Regional Security Architgecture?” June 2007. Stanley Foundation. Ayson, Robert. “Stability and Complexity in Asia-Pasific Security Affairs.” Asian Perspective, Vol. 30. No.2. 2006. De Lisle, Jacques. “Regional Security in East Asia: An FPRI Conference Report.” E-Notes, Foreign Policy Research Institue. Holl, Otmar. “Concept of Comprehensive Security.” (Statement at the conference “Studying Jihadism” in Vienna University, 4 February 2011. Austrian Institute for International Affairs. Hsiung, James C. “Comprehensive Security: Challenge for Pacific Asia.” New York University. June JH Lee. “Human Trafficking in East Asia: Current Trends, Data Collection, and Knowledge Gaps.” McMillen, Donald Hugh. “A Brief Introduction on Traditional and Non-Traditional Security: The ‘Glocal’ Dimensions of Undertainty in the Early 21ts Century—Some Themes and A Proposed Analytical Framework”.   2009. Owen, Taylor.  “Challenges and Opportunities for Defining and Measuring Human Security” in Human Rights, Human Security and Disarmament, Number Three, 2004. Pan Zhenqiang. “Nuclear Weapons in a Changing Security Environemnt in North East Asia.” 12 May 2009. China Foundation for International Studies. Shulong, Chu, “The Security Challenges in Northeast Asia: A Chinese View” dan Gilbert Rozman “Security Challenges to the United States in Northeast Asia: Looking beyond the Transformation of the Six-Party Talks” dalam East Asian Security: Two Views . November 2007. Stone, Marianne. “Security According to Buzan: A Comprehensive Security Analysis.” Sukma, Rizal. “ASEAN and Major Powers in the New Emerging Regional Order”. Sukma, Rizal. “ASEAN And Regional Security In East Asia” in Security Politics in Asia and Europe . Valencia, Mark J. “The East China Sea Dispute: Context, Claims, Issues, and Possible Solutions” dalam Asian Perspective , Vol. 31, No. 1, 2007, pp. 127-167. Watanabe, Koji dan Ryo Sahashi. “New Challenges, New Approaches: Regional Security Cooperation in East Asia”. Yizhou Wang. “Defining Non-Traditional Security and Its Implication for China.” Yukio Satoh dalam David Dewitt. “ Common, Comprehensive, and Cooperative Security.” Routledge, 1994. The Pasific Review, Vol. 7, No.1. Website http://busieco.samnet.sdu.dk/politics/nisa/papers/palonkorpi.pdf , diakses pada Selasa, 15 Nopember 2011 1:25 . http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_territorial_disputes#Asia_and_the_Pacific , diakses pada Senin, 14 Nopember 2011 23:17 . http://www.asean.org/5469.htm , diakses pada Senin, 14 Nopember 2011 21:03 . http://www.fpri.org/enotes/201101.delisle.asiaconf.html , diakses pada Minggu, 13 Nopember 2011 20:12 . http://www.globalsecurity.org/wmd/world/dprk/6-party.htm , diakses pada Senin, 14 Nopember 2011 20:58 . http://www.griffith.edu.au/__data/assets/pdf_file/0007/169252/donald-mcmillen-introduction-paper.pdf , diakses pada Senin, 14 Nopember 2011 21:28 . http://www.unidir.org/pdf/articles/pdf-art2138.pdf , diakses pada Senin, 14 Nopember 2011 22:31 .
Sumber https://siti-wulandari.blogspot.com

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar