Banyak
yang bilang saya orangnya suka ngeles, saat dibilang kayak gini jawabannya
gitu. Selalu saja ada jawaban, seolah tak ada yang tidak bisa dijawab,
sekalipun jawabannya ngasal.
Apapun
itu sebutannya yang pasti itu keluar secara spontan dari mulut saya bukan
bagian dari rencana. Beneran deh…!
Ada
pepatah kuno mengatakan: “ Sepandai
pandainya tupai melompat, pasti jatuh juga “. Artinya sepandai pandainya
kita berbohong lambat laun akhirnya ketahuan juga.
Tapi
oleh seorang anak SD yang tergolong cukup kreatif (sebelumnya baca pepatah
diatas) ditambahin begini: “ Setelah
Jatuh, sang Tupai pasti bangkit dan Melompat lompat lagi ”. artinya masih
ada celah untuk bangkit saat kita terjatuh, bahkan untuk tupai sekalipun.
Sangat
kreatif nih anak muda, oleh sebagian orang yang nggak pernah kepikiran akhirnya
terbuka celah untuk di pelesetkan. Bukan Cuma plesetan, ada unsur pelajaran
juga akhirnya.
Trus
ada pepatah yang mengatakan begini: “ Ibaratkan nasi yang sudah menjadi bubur
“ pepatah ini menandakan peristiwa yang sudah terlanjur terjadi dan tidak bisa
di perbaiki.
Belakangan
oleh seorang yang kreatif dan punya motivasi tinggi di sambung menjadi: “ Meskipun nasi sudah jadi Bubur, Kita tetap
bisa Jualan Bubur “
Hal
ini hanya hendak mengingatkan kita bahwa kemalangan ataupun kesulitan bukan akhir
segalanya, jadi berusahalah lebih keratif dan fleksibel. Jika kita mau berusaha
pasti ada jalan keluar.
Selain
itu ada juga pepatah yang bilang begini: “ Bagaikan
telur di ujung tanduk “ artinya sangat berbahaya, bahkan sewaktu waktu bisa
hancur.
Jangan
mewek dulu kalau sampai telur jatuh dari tanduk. Ingat, cangkang telur bisa
diolah sebagai bahan kerajinan. Misalnya untuk melapisi bagian pot yang terbuat
dari tanah liat, sebagai bingkai foto, dan lainnya.
Trus
pernah suatu ketika pembawa seminar bertanya kepada kami: “ Apa yang bisa kalian amati dari keadaan di
luar sana pada waktu malam? ”
Sebagian
dari kami diam, namun sebagian lagi menjawab: “ Ada bintang, bulan, awan, suara burung, suara bising kendaraan dan
masih banyak lagi ”. trus jawaban kami di katakan tak ubahnya seperti jawaban
anak SD.
Kemudian
dilanjutkan, seharusnya kalian dapat
melihat ada jutaan transaksi melayang di udara, lintas negara, lintas batas. Yang
lebih ekkonomis dong mikirnya, sambungnya.
Akhirnya
kami pun terperanggah, hampir tidak menyadari bahwa sekarang era digital. Banyak
transaksi dilakukan secara online, bahkan nyaris tanpa tatap muka. Akhirnya ketahuan
juga jawaban konyol kami yang tak lebih dari seorang anak TK.
Ada
beberapa hal yang mau saya kemukakan disini antara lain:
- Saya tidak bermaksud menyepelekan apalagi
sampai mengabaikan pepatah yang amat berarti diatas. Penegasannya, tidak
selamanya kesulitan yang kita hadapi membuat kita berakhir menjadi pecundang. - Kesulitan dan masalan yang kita hadapi
hendaknya tidak membuat kita berhenti bergerak. Jika kita berhenti sama halnya
kita berakhir, untuk itu teruslah bergerak. - Terkadang harga dari sebuah
kreatifitas tak sebanding dengan harga sebuah rumah. Dari tindakan yang kreatif
dapat membuka banyak pintu lainnya. Barang siapa yang kreatif pasti akan selalu
menemukan cara keluar dari kesulitan. - Tambahin sendiri…sesuai selera!
Meskipun
tulisan ini tidak begitu mendalam baik dari segi manfaat maupun tujuan, saya
berharap tidak berakhir di tong sampah. Pada akhirnya akan ketahuan juga siapa yang
lebih kreatif.
Sumber er.com